Kamis, 31 Mei 2012

Sarung Samarinda Khas Kalimantan Timur

mengenal sarung samarinda


Sarung Samarinda
Sarung samarinda adalah sebuah karya kerajinan rakyat berupa tenunan tradisional dari kota Samarinda yang terkenal di seluruh Indonesia bahkan sampai mancanegara.

Kerajinan ini berasal dari daerah Sulawesi Selatan, dibawa oleh orang-orang Bugis ke Samarinda tepatnya Samarinda Seberang pada sekitar abad ke 18, berkaitan erat dengan sejarah kedatangan suku Bugis ke Kalimantan Timur.

Menurut lontara atau silsilah kedatangan suku bugis, berawal dari kedatangan suku Bugis ke tanah Kutai pada tahun 1665 ketika terjadi kerusuhan di kerajaan Bone.

Kerusuhan tersebut terjadi saat berlangsungnya pernikahan antara putra kerajaan Goa dengan putri Sultan Bone, dimana La Ma Dukellang menikam bangsawan tinggi kerajaan Bone ketika diadakan sabung ayam saat upacara pernikahan tersebut hingga tewas.
Maka terjadilah peperangan yang tak seimbang sehingga La Ma Dukellang beserta 3 putranya beserta 8 orang bangsawan Wajo ditambah 200 pengiring dengan kelengkapan 14 perahu layer meninggalkan Wajo menuju Tanah Kutai.

Tetapi mereka kehabisan perbekalan di tengah perjalanan dan berlabuh di pasir. Kemudian banyak orang-orang dari Wajo dan Sopeng berdatangan karena tidak tahan dijajah oleh kerajaan Bone.



Alat-Alat Tenun
Tenun tradisional sarung Samarinda hingga saat ini masih mempergunakan peralatan yang keseluruhannya terbuat dari kayu, tanpa alat-alat mesin dan secara keseluruhan dikerjakan dengan tenaga manusia, mulai dari memberi warna benang, memintal, menenun sampai mencuci.
Sarung Samarinda
Alat Pintal Benang
Sarung Samarinda
Alat Tenun
Adapun peralatan tenun ini terdidi atas 4 bagian yaitu:

Unuseng / alat pintal terdiri dari:
Uneseng
Roweng
Tudungeng Roweng

Saureng (alat penyusun corak / pembuat benang buri terdiri dari:
Saureng
Jarancara

Aparsing / alat atau tempat memasukan benang pada sisir dan seluruh perlengkapan alat tenun pada benang lusi, terdiri dari:
Pemalu
Sisir
Palapa
Paccacu are
Pabbicang are
Pananre
Walida
Book book
Pessa
Awereng
Taropong
Bulo-bulo
Amisong
Appajjelloreng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar